7 Fakta tentang Mi Instan, Inovasi Pangan yang Mendunia. | RESEP KULINER ASLI INDONESIA -->

ads

7 Fakta tentang Mi Instan, Inovasi Pangan yang Mendunia.


7 Fakta tentang Mi Instan, Inovasi Pangan yang Mendunia.

Siapa tidak kenal mi instan? Hidangan yang mudah disajikan ini pastilah dikenal masyarakat Indonesia , bahkan dunia. Mi instan merupakan makanan berat yang paling murah dan paling mudah ditemukan di pasar swalayan. Hampir setiap rumah setidaknya menyimpan cadangan mi instan. Namun, tahukah Anda sejarah mi instan dan sejumlah fakta menarik mengenai mi instan?

Dilansir dari Insider, Rabu (20/5/2020), berikut ini sejumlah fakta menarik tentang mi instan, inovasi pangan yang mendunia.
1. Pertama kali diciptakan di Jepang Mi instan diciptakan pada tahun 1958 di Jepang oleh Momofuku Ando, yang juga mendirikan perusahaan makanan Nissin Foods. Pada saat itu, Nissin Foods meluncurkan produk mi instan bermerek Chikin Ramen. Mi instan pertama diciptakan sebagai sumber pangan bagi masyarakat Jepang. Kala itu, Jepang menghadapi gejolak ekonomi pasca Perang Dunia II. Ando wafat di Osaka pada Januari 2007 di Osaka, dalam usia 96 tahun. Kabarnya, Ando menyantap Chikin Ramen hampir setiap hari hingga akhir hayatnya.

2. Ratusan miliar porsi disantap di seluruh dunia per tahun Lihat Foto Ilustrasi mi instan.(shutterstock.com/suriya+yapin) Setidaknya 103 miliar porsi mi instan dihidangkan di seluruh dunia setiap tahunnya. Padahal, ketika diciptakan oleh Ando dan dijual di pasar swalayan, harga mi instan enam kali lipat lebih mahal dari harga mi yang ada di kedai. Kondisi ini membuat mi instan tak dapat dijangkau oleh masyarakat Jepang, yang saat itu mayoritas dalam kondisi miskin.

3. China konsumen terbesar mi instan Meskipun diciptakan di Jepang, namun konsumen terbesar mi instan di dunia adalah China. Menurut laporan Asosiasi Mi Instan Dunia, secara total warga China daratan dan Hong Kong menyantap lebih dari 40 miliar sajian mi instan sepanjang tahun 2019.

4. Indonesia konsumen mi instan terbesar kedua dunia Lihat Foto Menurut riset Brand Footprint 2018 yang dirilis Kantar Worldpanel, Kamis (24/5/2018), Indomie menjadi merek produk konsumsi habis dipakai (FMCG) yang paling banyak dipilih rumah tangga Indonesia 6 tahun berturut-turut.(Kompas.com/Josephus Primus) Setelah China, Indonesia menyusul pada peringkat kedua sebagai konsumen terbesar mi instan di dunia. Sepanjang tahun 2019 lalu, penduduk Indonesia menyantap lebih dari 12 miliar sajian mi instan. Sementara itu, Amerika Serikat berada pada peringkat keenam dunia dengan jumlah konsumsi mencapai 4 miliar sajian.

5. Mi instan kemasan gelas diproduksi pertama kali tahun 1971 Lihat Foto Pegawai di Cup Noodles Museum di Minato Mirai, Yokohama, mengepak mi instan pesanan pengunjung di museum terkenal itu. Museum ini salah satu atraksi di Minato Mirai, kawasan reklamasi yang menjadi pusat perkantoran, wisata, hunian, dan pengembangan lain.(KOMPAS/NELI TRIANA) Mi instan dalam kemasan cup atau gelas baru diluncurkan pertama kali pada tahun 1971. Menurut warta BBC, Ando mengaku inspirasinya menciptakan Cup Noodles adalah ketika menyaksikan warga mengantre panjang membeli ramen panas dalam mangkok di kedai pasar gelap, ketika Jepang mengalami kekurangan bahan pangan setelah Perang Dunia II. Pada tahun 1972, Nissin mulai memproduksi mi instan merek Top Ramen di AS. Setahun kemudian, Cup Noodles pun sebagian diproduksi di AS dan didistribusikan ke pasar-pasar swalayan Negeri Paman Sam tersebut.

6. Penemuan terbaik Jepang Jepang memang menciptakan banyak inovasi yang berpengaruh besar terhadap kehidupan manusia. Namun, tampaknya kebanggaan akan mi instan tak bisa mereka sembunyikan. Dalam sebuah survei, warga Jepang meyakini penemuan terbaik bangsa mereka pada abad ke-20 adalah mi instan. Berada pada peringkat kedua dan ketiga masing-masing adalah karaoke dan Pokemon.

7. Jadi "mata uang" di lapas AS Menurut laporan NPR dan Michael Gibson-Light, kandidat doktoral dari University of Arizona School of Sociology, sejumlah penghuni lembaga pemasyarakatan (lapas) di AS menggunakan mi instan sebagai "mata uang." Mi instan mereka sebut sebagai "sup." Makanan itu digunakan oleh penghuni lapas untuk "membayar" penghuni lapas lain yang diminta melakukan sejumlah pekerjaan, seperti membersihkan ruang tahanan, mencuci pakaian, atau mencuri buah-buahan maupun sayuran dari dapur. "Ada ekonomi informal berdasarkan mi instan.  Salah seorang penghuni lapas mengatakan pada saya, 'Anda bisa mengetahui seberapa baiknya kondisi (finansial) seseorang dari berapa banyak sup yang ia punya di lemarinya. 20 sup? Oh, kondisi dia bagus!'," jelas Gibson-Light.